Jumat, 29 Oktober 2010

QOMI’UTHTHUGHYAAN ‘ALAA MANZHUMATI SYU’ABIL IIMAAN

Judul di atas merupakan sebuah kitab yang disusun oleh seorang yang ‘alim yang berasal dari indonesia, yaitu Syeh Muhammad Nawawi bin Umar al Banteni. Beliau banyak menyusun kitab-kitab islami, salah satunya kitab ini yang merupakan syarah dari kitab Sya’abul Iman karya Syeh Zainuddin bin Ali bin Ahmad Asysyafi’iy Alkusyniy Almalibariy. Kitab ini berisi tentang penjelasan cabang-cabang iman yang wajib diimani oleh sekalian umat muslim. Di dalam kitab ini berisi 26 bait oleh syeh Zainuddin dan ditambah 3 bait di awal oleh syeh Nawawi, serta satu bait di akhir oleh Syeh Abdul Mun’im sehingga jumlah baitnya ada 30 bait.
Aku menganggap penting kitab ini karena menurutku yang masih awam tentang keimanan, yang baru mengetahui rukun iman yang 6. Sangat penting diketahui oleh setiap muslim, karena dengan iman inilah seseorang dapat masuk ke surganya Allah, dan dengan iman inilah kebaikan seseorang dinilai dan diberikan pahala ganjaran. Aku coba mengetik dari buku terjemahan yang aku punya, yang diterjemahkan olah Team Penerjemah Pustaka Mampir, sambil sedikit-sedikit mamahami, sambil menyelam minum air kata sebuah pepatah. Aku coba juga untuk membagikan ketikan ini ke blog ku supaya orang lain pun dapat mengambil manfaatnya. Selain memiiki terjemahnya, aku juga masih mengkaji kitab ini di majlis ta’lim Alhuda kepada KH. Endang Iskandar setiap malam jum’at yang diselingi oleh beberapa kitab lainnya. Aku coba sajikan dengan 3 bait pertama dulu ya,

{Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan * iman seseorang bercabang-cabang, lalu disempurnakan}

Yakni aku memulai pernyataanku (syeh Nawawi) dengan pujian, yang berkeyakinan bahwa setiap pujian hanya untuk Allah. Maksud dari bait ini adalah bahwa sesungguhnya praktek-praktek iman itu mempunyai bagian dan karakter. Bagian dan karakter iman itu bisa menambah perbuatan-perbuatan baik manusia dengan melakukannya, dan bisa menguranginya dengan meninggalkannya. Adapun dasar iman yaitu Attashdiq (membenarkan), tidak dapat berkurang. Karena jika berkurang, maka iman menjadi sebuah keraguan, padahal tidak sah iman disertai keraguan.

{Risalah ini berisi bait-bait yang berasal dari kitab Alkusyini * yakni orang yang mengucapkan, setelah kami bersholawat dan mengucapkan salam}

{Untuk Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya * selama masih beredar matahari dan bintang di angkasa}

Yakni bait-bait risalah kitab syarah ini diambil dari kitab Syeh Zainuddin bin Ali bin Ahmad asy Syafi’i al Kusyiniy al Fanani al Maribari, oleh karena itu hitungan yang ada di dalam bait tersebut sama seperti yang ada di dalam natsrnya (bentuk prosanya).
Yakni pemilik risalah ini dilahirkan di Kusyin, sebuah kota di Malibar, setelah terbit matahari di hari Kamis, tanggal 12 bulan Sya’ban tahun 872H. Beliau dibawa pindah oleh pamannya Qodhi Zainuddin bin Ahmad ke Fanan, sewaktu beliau masih kecil. Syek Zaiuddin memiliki karya yang begitu banyak, seperti kitab Hidayatul Adzkiya, Tuhfatul Ahya dan Irsyadul Qosyidin fi Ikhtishori Minhajil Abidin li Ghozali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar