Senin, 05 Oktober 2009

Penjelasan bagian kalam

Bagian Kalam

Bismillahirrohmaanirrohiim, Alhamdulillahirobbil 'alamin washshoslatu wassalamu 'ala Rosulillah, amma ba'du.

Dan bermula bagian kalam kalam itu ada 3, yaitu ism (اسم ), fi’il (فِعْلٌ ) dan huruf (حَرْفٌ ) yang datang bagi makna. Maka bermula ism (اسم ), itu dikenal dengan khofad (الخفض ), tanwin , dimasuki alif lam ( ال ), kemasukan huruf khofad dan kemasukan huruf qosam (حُرُوفُ اَلْقَسَمِ). Yakni untuk membedakan ism dari fi’il dan huruf dengan tanda-tanda tersebut. Contohnya :

مَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَ غُلَمِ زَيْدٍ . kata زَيْدٍ majrur oleh huruf ba’ (الْبَاءُ ) dan غُلَمِ merupakan isim karena adanya khofad (غُلَمِ dibaca kasroh karena atof pada kata زَيْدٍ , huruf atof nya adalah اَلْوَاوُ )

Contoh tanda tanwin adalah pada kata زَيْدٌ dan رَجُلٌ , kedua kata tersebut adalah ism karena ada tanda tanwin pada keduanya.

Contoh alif lam yaitu kata الزَيْدُ dan الرَجُلُ , kedua contoh tersebut adalah isim karena kemasukan alif dan lam pada keduanya. Dan perlu diketahui bahwa alif dan lam dengan tanwin bisa dikatakan bermusuhan karena apabila ada salah satunya maka yang lain hilang, perbedaannya nanti pada ma’nanya saja. Ma’rifat dan nakiroh.

Contoh karena kemasukan huruf khofad adalah مَرَرْتُ بِزَيْدٍ و رَجُلٍ ,kedua kata زَيْدٍ dan رَجُلٍ adalah isim karena kemasukan huruf khofad yaitu الْبَاءُ

Contoh karena kemasukan huruf qosam adalah وَاللهِ dan تَاللهِ , lafzul zalalah adalah isim karena kemasukan huruf qosam yaitu اَلْوَاوُ dan وَالتَّاءُ

Dan huruf-huruf khofad adalah :

مِنْ

إِلَى

عَنْ

َعَلَى

فِي

رُبَّ

الْبَاءُ

الْكَافُ

اللَّامُ

Dan huruf sumpah (وَحُرُوفُ اَلْقَسَمِ) adalah :

اَلْوَاوُ

وَالْبَاءُ

وَالتَّاءُ

Jadi apabila ada huruf-huruf di atas dalam suatu kalam maka kata setelahnya adalah isim dan harus dibaca kasroh. Contoh masing masing huruf khofad insya Allah nanti pada postingan berikutnya. Mohon maaf bila ada kesalahan saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan.. wallahu alam bishshowab

Rabu, 30 September 2009

ZIARAH



Dari kanan: aan, irwan, didik, ustd.rusli,
kh. endang iskandar,
aa, fahri, fatah & kang amin

Sabtu, 26 September 2009

Bagian Kalam

وَأَقْسَامُهُ ثَلَاثَةٌ : اسم وَفِعْلٌ وَحَرْفٌ جَاءَ لِمَعْنًى

فَالِاسْمُ يُعْرَفُ بالخفض وَالتَّنْوِينِ, وَدُخُولِ اَلْأَلِفِ وَاللَّامِ, وَحُرُوفِ اَلْخَفْضِ, وَهِيَ مِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءُ, وَالْكَافُ, وَاللَّامُ, وَحُرُوفُ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُ

Minggu, 20 September 2009

kalam

Bismillahirrohmaanirrohiim, Alhamdulillahirobbil 'alamin washshoslatu wassalamu 'ala Rosulillah, amma ba'du.
Tiba saatnya saya mencoba memulai membuat postingan yang membahas ilmu nahwu dengan pegangan kitab matan AJJurumuyyah. Saya mengkaji kitab ini kepada Ustd. Aminuddin dan beberapa guru hingga kini sedang membaca kitab syarah nya Kafrawi yang sebelumnya menghatamkan kitab Mukhtashor jiddan.
Saya bagi postingan ini dengan postingan bahasa arab yang pertama dan di susul dengan terjemah dan penjelasan.
Kitab matan AJ-Jurmiyyah ini adalah kitab dasar yang membahas ilmu nahwu, yaitu suatu ilmu yang dipelajari untuk bisa membantu dalam membaca kitab gundul (kitab kuning).

Berkata pengarang kitab:
Bermula Kalam itu adalah suatu lafadz yang tersusun lagi memberi faidah dengan hantaran bahasa arab. Dan bagian bagian kalam itu ada tiga bagian yaitu : ism, fi'il dan huruf yang datang padanya bagi ma'na.
Penjelasan :

1. lafazh ( اَللَّفْظُ )
yaitu suara yang meliputi sebagian huruf hijaiyyah seperti pada kata ( زَيْدٌ ) pada kata tersebut terhimpun dari huruf ز , huruf ي dan huruf د . apa bila tidak mencakup dari sebahagian huruf hijaiyyah seperti suara gendang maka tidak dinamakan lafazh. Walaupun memberi Faidah tetapi tidak memiliki lafadz seperti isyarat, tulisan atau tugu bukan termasuk kalam menurut ulama ahli nahwu.

2. Tersusun ( اَلْمُرَكَّبُ )
Yaitu terdiri dari dua kata atau lebih seperti pada قَامَ زَيْدٌ dan زَيْدٌ قائِمٌ . contoh pertama adalah tersusun oleh Fi'il dan Fa'il, dan tiap tiap Fa'il adalh marfu (dibaca dhomah). Pada contoh yang ke dua terdiri dari mubtada dan khobar, tiap-tiap mubtada adalah marfu karena permulaan, dan tiap-tiap khobar adalah marfu karena mengikut mubtada. Tidak termasuk murokkab yaitu kata tunggal (َالمُفْرَد ¬¬) seperti pada kata زَيْدٌ tidak dinamakan kalam menurut ulama nahwu.

3. Memberi Faidah ( المُفِد)
Apa-apa yang memerikan suatu faidah yang dianggap baik untuk diamnya yang berbicara dan yang mendengarkannya. Seperti pada قَامَ زَيْدٌ dan زَيْدٌ قائِمٌ , maka pada keduanya sudah memberi faedah (pengertian yang cukup) yang dianggap baik untuk diamnya yang berbicara dan yang mendengarkannya, yakni berita telah berdirinya si zaid. Jika yang si pendengar mendengar kedua contoh tersebut maka tidak menunggu lagi kata-kata berikutnya, karena keduanya sudah memberkan pengertian, yakni berita telah berdirinya si zaid.

4. Dengan hantaran bahasa arab ( بالوَضْعِ)
Ada sebagian yang memberi pengertian dengan maksud ( بالوَضْعِ = بالقَصْدِ ) tidak termasuk mempunyai maksud perkataan orang yang mimpi di dalam tidurnya. Dan sebagian lagi ada yang memberi pengertian dengan hantaran bahasa arab ( بالوَضْعِ = بالعَرَبِى ) , tidak termasuk dengan bahasa arab kalamnya orang ‘Azam (non arab) seperti kalamnya orang turki dan barbar.

Demikian pendahuluan pengenalan ilmu nahwu ini, semoga bermanfaat khususnya untuk diriku dan umumnya untuk para pembaca sekalian. Adapun untuk penjelasan bagian kalam yang tiga, insya Allah pada postingan berikutnya. Wallahu ‘a’lam bishshowab.

Jumat, 18 September 2009

Matan Ajjurumiyyah

MATAN AJJURUMIYYAH

مَتْنُ الْآجُرُّومِيَّةِ فِي اَلنَّحْوِ

مُقَدِّمَةٌ

بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ

قَالَ اَلْمُصَنِّفُ -رحمه اَللَّهُ -:

أَنْوَاعُ اَلْكَلَامِ

اَلْكَلَامُ : هو اَللَّفْظُ اَلْمُرَكَّبُ, اَلْمُفِيدُ بِالْوَضْعِ

وَأَقْسَامُهُ ثَلَاثَةٌ : اسم وَفِعْلٌ وَحَرْفٌ جَاءَ لِمَعْنًى

Jumat, 11 September 2009

Ilmu bag.3

Alhamdulillah, Washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah saw, amma ba’du.
Alhamdulillah ada waktu untuk menulis postingan ini, untuk melanjuti bahasan kita tentang ilmu, pada postingan yang lalu kita sudah tahu sua alasan mengapa ilmu harus didahulukan dari pada ibadah, serta ilmu apa saja yang wajib kita pelajari. Sekarang kita masuk kepada batasan kewajiban dari masing-masing ilmu itu.
Kita ketahui bahwa ilmu yang wajib kita pelajari adalah ilmu tauhid, ilmu sirri, ilmu syariah. Pada ilmu tauhid, yang wajib dipelajari adalah mengetahui pokok-pokok Ilmu Agama (ushuluddin). Kita harus tahu bahwa kita memiliki tuhan, Allah yang Maha Kuasa, Maha Berkehendak, yang Maha Hidup dan Berfirman, yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah Tuhan yang bersifat dengan sifat-sifat yang sempurna, maha suci dari kekurangan dan kerusakan, juga suci dari segala indikasi yang baru (ada yang menciptakan). Dia Maha Dahulu tanpa adanya penciptaan dan pendahuluan.
Dan sesungguhnya Nabi Muhammad saw adalah seorang hamba dan Rosul-Nya yang benar dan terpercaya yang datang membawa risalah dari Allah swt, kebenaran dan keorisinilan berita yang disampaikan melalui lisannya akan kehidupan akhirat adalah Haq. Kemudian masalah-masalah yang terkait dengan syi’ar sunah wajib anda ketahui, janganlah kita membuat bid’ah dalam urusan agama Allah swt, apabila perkara itu tidak jelas di dalam Al-qur’an, Sunnah dan Atsar agar kita tidak berada dalam sebuah kondisi yang menghawatirkan.
Semua dalil-dalil Tauhid, pokoknya bersumber dari Al-Qur’an, semuanya sudah diterangkan dalam kitab-kitab yang berisi mengenai pokok-pokok keagamaan ( Ushulid Diyanat). Walhasil, setiap hal yang membuat kita merasa tidak aman dari kerusakkan, karena ketidaktahuan, maka mengetahui ilmunya adalah fardhu dan kita tidak boleh meninggalkan mengetahui ilmunya. Demikianlah semoga Allah memberikan pertolongan dan taufiq kepada kita..
Adapun untuk ilmu sirri atau ruang lingkup ilmu hati yang wajib kita ketahui adalah mengetahui kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan bagi hati, sehingga kita berhasil, benar-benar mengagungkan allah, berlaku ikhlas kepada-Nya, niat dan amal kita selamat.
Untuk ilmu syari’ah yang wajib kita ketahui segala ilmu yang memungkinkan bagi kita untuk dapat melakukan kefarduan yang wajib kita lakukan, seperti bersuci (thaharah), sholat dan ilmu puasa. Sedangkan yang berkenaan dengan haji, zakat dan jihad, jika telah nyata bagi kita wajib melakukannya, maka kita pun dituntut untuk harus mengetahui ilmunya, agar dapat melakukannya dengan benar. Jika tidak, maka tidak wajib bagi kita.
Adapun kedudukan guru dalam kita mempelajari ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai pembuka dan orang yang mempermudah, proses menghasilkan ilmu dengan guru jauh akan lebih mudah dan lebh enak. Guru itu hanyalah pelantara, berkat rahmat dan anugerah Allah, Dia menjadikan seorang di antara para hamba-Nya yang Dia kehendaki menjadi berilmu, sementara pada hakikatnya Dialah Allah swt sebagai gurunya.
Perlu kita ketahui tahapan menuntut ilmu ini sangatlah sulit dan melelahkan. Tetapi melewati tahapan ini, dapat dihasilkan yang dimaksud dan yang dicita-citakan. Manfaatnya begitu besar tetapi sulit menempuhnya dan besar resikonya. Betapa banyak orang yang melaluinya, tetapi kemudian menyimpang; betapa banyak orang yang menempuhnya kemudian tergelincir; betapa banyak orang yang kebingungan melaluinya; banyak pula orang yang terputus di tengah jalan dalam waktu yang singkat, kemudian ia mondar-mandir pada tanjakkan yang sulit ini selama 70 tahun. Semua perkaranya berpulang pada kekuasaan Allah swt.
Dari imam Ali karramallahu wajhah, ia berkata : “tidaklah menggembirakanku, seandainya aku mati dalam keadaan masih anak-anak, lalu dimasukkan ke dalam syurga, sebelum dewasa dan mengenal Tuhanku, sesungguhnya manusia yang paling mengenal Allah adalah yang paling bagus dalam menjalin hubungan baik dengan-Nya, diantara mereka.”
Wallahu ‘a’lam bishshowab….

Selasa, 08 September 2009

Ilmu bag.2

Alhamdulillah, washsholatu wassalamu ‘alaa Rusullillah saw. Amma ba’du..

Tiba saatnya kita melanjutkan kajian kita tentang ilmu. Pada postingan yang lalu kita sudah ketahui alasan pertama mengapa ilmu harus didahulukan dari pada ibadah, yaitu agar ibadah kita membuahkan hasil dan selamat. Sekarang kita lanjut kepada alasan yang kedua mengapa ilmu harus ddahulukan, adalah karena ilmu yang bermanfaat akan membuahkan rasa takut kepada Allah dan mengagungkannya. Allah berfirman:

اِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِِبَادِهِ الْعُلََمَؤُا
“ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.”

Demikian itu, karena orang yang tidak kenal Allah baik dan dengan sebenar-banarnya, maka ia tidak akan takut kepada Allah dengan ketakutan sebenarnya, dan tidak juga ia mengagungkan-Nya dengan sebenar-benarnya. Dengan ilmu maka kita dapat mengenal dan mengagungkan-Nya, maka ilmu menjadi membuahkan segala ketaatan dan menjauhkan dari segala kemaksiatan, berkat pertolongan dan petunjuk Allah. Maka menjadi keharusan bagi kita untuk menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum kita beribadah. Semoga Allah selalu memberi Taufiq, pertolongan, petunjuk, anugerah dan Rahmat-nya kepada kita, agar kita senantiasa giat dalam menuntut ilmu.

Mungkin kita bertanya-tanya mengenai hadist dari Rosulullah saw :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya : “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”

Ilmu apakah yang wajib dipelajari? Bagaimana batasan akan ilmu yang harus dikuasai oleh seorang hamba dalam urusan ibadah?...
Ketauhuilah, sesungguhnya ilmu yang wajib dipelajari itu, secara garis besar ada tiga, yaitu :
1. Ilmu Tauhid
2. Ilmu Sirri, yakni ilmu yang berhubungan dengan hati dan pekerjaan-pekerjaannya.
3. Ilmu syariah.

Untuk penjelasan batasan kewajiban untuk masing-masing ketiga ilmu tersebut nanti insya Allah pada postingan berikutnya. Wallahu a’lam bishshowab…

Minggu, 06 September 2009

ilmu

Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Para pembaca yang budiman, ini merupakan postingan saya yang pertama, di dalamnya nanti insya Allah akan membahas masalah ilmu. Saya mengambil sumber dari kitab karangan Al Imam Ghozali yang berjudul Minhajul Abidin, walaupun saya tidak bisa membaca kitab aslinya secara langsung, makanya saya berpegang dengan kitab terjemahannya, dan sekarang ini saya masih mengkaji kitab ini kepada KH. Sholehuddin setiap malam minggu, juga kepada KH. Endang Iskandar pada malam jum'at yang bergilir dengan kitab lainnya.

Saudaraku, ketahuilah bahwasannya ilmu dan ibadah merupakan permata yang paling berharga dan mulia. Karena keduanya, kita dapat melihat dan mendengar kitab-kitab karya tulis para pengarang, pengajaran para pengajar, nasehat para penasehat dan pemikiran para pemikir. Bahkan karena ilmu dan ibadah diturunkan kitab-kitab suci dan diutuslah para rosul. Juga karena keduanya langit dan bumi serta segala mahluk yang ada padanya diciptakan. Renungkalah dua ayat berikut ini:

65:12. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

Cukuplah ayat ini sebagai dalil atas kemuliaanya ilmu, utamanya ilmu Tauhid. Dan ayat yang ke dua :

51:56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Dan ayat ini, cukuplah kiranya untuk menjadi dalil atas kemuliaannya ibadah dan keharusan menunaikannya. Sudah semestinya bagi seorang hamba untuk tidak menyibukkan diri melainkan terfokus pada keduanya, tidak berpayah-payah melainkan untuk keduanya. Tidak berpikir kecuali berpikir untuk kerangka ilmu dan ibadah.

Nabi bersabda : “Sesungguhnya orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah, sebagai mana keutamaan ku ( nabi ) atas orang yang paling rendah di antara umatku.”

Ilmu merupakan permata yang lebih mulia daripada ibadah, tetapi merupakan keharusan seorang hamba untuk menunaikan ibadah dengan didasari ilmu. Karena ilmu bagaikan pohon, sedang ibadah bagaikan buah dari pohon tersebut.

Ada dua alasan mengapa kita harus mendahulukan ilmu dari pada ibdah.
Yang pertama, agar ibadah kita membuahkan hasil dan selamat, maka terlebih dahulu kita wajib mengetahui siapa yang disembah, barulah kita menymbah-Nya. Jangan sampai kita meyakini tuhan yang kita sembah itu dengan suatu sifat yang bertentangan dengan yang semestinya, sehingga mengakibatkan ibadah anda sia-sia belaka. Selanjutnya kita juga harus mengetahui kewajiban-kewajiban syari’at yanag wajib kita lakukan, dengan cara yang semestinya sebagaimana yang diperintahkan kepada kita untuk melakukannya. Kita juga harus mengetahui larangan-larangan syari’at yang wajib kita tinggalkan.
Jika tidak, bagaimana kita melakukan ketaatan, sementara kita tidak mengatahui ketaatan itu, dan apa yang harus ditaati dan bagaimana tatacara melakukan ketaan tersebut. Bagaimana pula kita dapat menjauhi kema’siatan, sedang kita tidak mengetahui bahwa itu merupakan kema’siatan sehingga kita tidak terjerumus ke dalam kema’siatan.
Ibadah-ibadah yang diperintahkan menurut syari’at islam itu seperti bersuci, sholat, puasa dan kewajiban-kewajiban lainnya yang harus kita ketauhui hukum-hukum dan syarat-syaratnya, sehingga kita dapat menunaikan secara benar.
Kita juga wajib mngetahui aspek ibadah secara batin, seperti tawakal, berserah diri, ridho, shobar, tobat, ikhlas dan laiin sebagainya. Kita juga harus mengetahui masalah-masalah larangan batin yang menjadi kebalikan dari hal-hal tersebut, seperti marah, lamunan/panjang angan-angan, riya, sombong dan lain sebagainya yang harus kita jauhi.
Oleh karena itu, kebaktian seorang hamba tidak akan membuahkan hasil kecuali dengan ilmu, maka menjadi keharusan kita semua untuk mendahulukan ilmu sebelum beribadah.

Adapun untuk yang kedua insya Allah pada postingan berikutnya akan di paparkan. Haya ini dulu yang bisa saya tulis, itupun banyak bagian-bagian yang terlewat, tetapi insya Allah ini juga dapat menyampaikan maksud dari sang penulis. Mohon maaf bila ada kesalahan karena itu datangnya dari saya yang bodoh ini, saran dan keritik saya harapkan dari para pembaca. Alhamdulillah.. Wallahu a-’lam bishshowab. Semoga Allah selalu memberikan taufiq kepada kita semua...amin..

Assalamu'alaikum wr.wb

Alhamdulliah, wassholatu wassalamu 'ala Rosulillah saw. amma ba'du..
Saudara-saudaraku ini merupakan wujud pembelajaran saya dalam memanfaatkan teknologi yang ada. Dengan saling memberi nasehat khususnya pada diri sendiri dan umumnya para pembaca sekalian, yang berasal dari sumber bacaan dan kajian yang diikuti. Semoga bermanfaat bagi diri ku juga bagi para pembaca sekalian. Hal ini dirasa sangat penting khususnya untuk mengingat mengulang kembali nasehat-nasehat yang telah didapat dari guru-guru. Mungkin akan terjadi banyak kekurangan dan kesalahan nantinya, saran dan kritik saya sangat harapkan dari saudara-saudara sekalian. terima kasih....
wassalammua'alaikum wr.wb