Minggu, 06 September 2009

ilmu

Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Para pembaca yang budiman, ini merupakan postingan saya yang pertama, di dalamnya nanti insya Allah akan membahas masalah ilmu. Saya mengambil sumber dari kitab karangan Al Imam Ghozali yang berjudul Minhajul Abidin, walaupun saya tidak bisa membaca kitab aslinya secara langsung, makanya saya berpegang dengan kitab terjemahannya, dan sekarang ini saya masih mengkaji kitab ini kepada KH. Sholehuddin setiap malam minggu, juga kepada KH. Endang Iskandar pada malam jum'at yang bergilir dengan kitab lainnya.

Saudaraku, ketahuilah bahwasannya ilmu dan ibadah merupakan permata yang paling berharga dan mulia. Karena keduanya, kita dapat melihat dan mendengar kitab-kitab karya tulis para pengarang, pengajaran para pengajar, nasehat para penasehat dan pemikiran para pemikir. Bahkan karena ilmu dan ibadah diturunkan kitab-kitab suci dan diutuslah para rosul. Juga karena keduanya langit dan bumi serta segala mahluk yang ada padanya diciptakan. Renungkalah dua ayat berikut ini:

65:12. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

Cukuplah ayat ini sebagai dalil atas kemuliaanya ilmu, utamanya ilmu Tauhid. Dan ayat yang ke dua :

51:56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Dan ayat ini, cukuplah kiranya untuk menjadi dalil atas kemuliaannya ibadah dan keharusan menunaikannya. Sudah semestinya bagi seorang hamba untuk tidak menyibukkan diri melainkan terfokus pada keduanya, tidak berpayah-payah melainkan untuk keduanya. Tidak berpikir kecuali berpikir untuk kerangka ilmu dan ibadah.

Nabi bersabda : “Sesungguhnya orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah, sebagai mana keutamaan ku ( nabi ) atas orang yang paling rendah di antara umatku.”

Ilmu merupakan permata yang lebih mulia daripada ibadah, tetapi merupakan keharusan seorang hamba untuk menunaikan ibadah dengan didasari ilmu. Karena ilmu bagaikan pohon, sedang ibadah bagaikan buah dari pohon tersebut.

Ada dua alasan mengapa kita harus mendahulukan ilmu dari pada ibdah.
Yang pertama, agar ibadah kita membuahkan hasil dan selamat, maka terlebih dahulu kita wajib mengetahui siapa yang disembah, barulah kita menymbah-Nya. Jangan sampai kita meyakini tuhan yang kita sembah itu dengan suatu sifat yang bertentangan dengan yang semestinya, sehingga mengakibatkan ibadah anda sia-sia belaka. Selanjutnya kita juga harus mengetahui kewajiban-kewajiban syari’at yanag wajib kita lakukan, dengan cara yang semestinya sebagaimana yang diperintahkan kepada kita untuk melakukannya. Kita juga harus mengetahui larangan-larangan syari’at yang wajib kita tinggalkan.
Jika tidak, bagaimana kita melakukan ketaatan, sementara kita tidak mengatahui ketaatan itu, dan apa yang harus ditaati dan bagaimana tatacara melakukan ketaan tersebut. Bagaimana pula kita dapat menjauhi kema’siatan, sedang kita tidak mengetahui bahwa itu merupakan kema’siatan sehingga kita tidak terjerumus ke dalam kema’siatan.
Ibadah-ibadah yang diperintahkan menurut syari’at islam itu seperti bersuci, sholat, puasa dan kewajiban-kewajiban lainnya yang harus kita ketauhui hukum-hukum dan syarat-syaratnya, sehingga kita dapat menunaikan secara benar.
Kita juga wajib mngetahui aspek ibadah secara batin, seperti tawakal, berserah diri, ridho, shobar, tobat, ikhlas dan laiin sebagainya. Kita juga harus mengetahui masalah-masalah larangan batin yang menjadi kebalikan dari hal-hal tersebut, seperti marah, lamunan/panjang angan-angan, riya, sombong dan lain sebagainya yang harus kita jauhi.
Oleh karena itu, kebaktian seorang hamba tidak akan membuahkan hasil kecuali dengan ilmu, maka menjadi keharusan kita semua untuk mendahulukan ilmu sebelum beribadah.

Adapun untuk yang kedua insya Allah pada postingan berikutnya akan di paparkan. Haya ini dulu yang bisa saya tulis, itupun banyak bagian-bagian yang terlewat, tetapi insya Allah ini juga dapat menyampaikan maksud dari sang penulis. Mohon maaf bila ada kesalahan karena itu datangnya dari saya yang bodoh ini, saran dan keritik saya harapkan dari para pembaca. Alhamdulillah.. Wallahu a-’lam bishshowab. Semoga Allah selalu memberikan taufiq kepada kita semua...amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar